Oleh: Dr. Esteria Manurung, M.Pd
Hari lahir Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia ( IPARI ) yang ke-1 menggaungkan slogan spektakuler yakni : Rawat Bumi. Tebar Moderasi. Kegiatan ini dirinci dalam tiga agenda: Gerakan Penanaman Sejuta Pohon, Gerakan Zero Plastic, serta Webinar Teologi Lingkungan Perspektif Lintas Agama. Kegiatan ini serentak dilakukan di seluruh Indonesia, mulai dari Pengurus Pusat Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia, Pengurus Wilayah Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia, hingga Pengurus Daerah Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia.
Bumi kita semakin hari semakin panas, menyebabkan terjadinya lahan-lahan kering, tumbuhan mengering tanpa bunga dan buah, mudahnya terjadi kebakaran yang diakibatkan oleh sulutan puntung rokok yang mungkin tidak sengaja dibuang ke lahan kering, krisis air minum, mengakibatkan terjadinya dehidrasi dan berbagai efek lainya. Udara yang tidak sehat bahkan beracun karena polusi dan asap kendaraan yang setiap hari melintas di kota-kota. Kerusakan lingkungan dan menipisnya lapisan ozone membuat dunia ini semakin lama semakin hancur. Segala tumbuhan hijau dan segar musnah digantikan oleh besi-besi dalam berbagai bentuk.
Dampak kerusakan lingkungan terhadap kesehatan manusia sangat buruk. Pada awalnya perubahan iklim mungkin tampak tidak ada kaitannya, namun ini lebih dari sekedar pemanasan beberapa derajat saja. Perubahan iklim adalah “pengganda ancaman.” Hal ini akan memperburuk masalah-masalah dan krisis lainnya, seperti kelaparan, penyakit, kemiskinan, hilangnya keanekaragaman hayati, penggundulan hutan, polusi udara, dan kelangkaan sumber daya. Krisis lingkungan terjadi akibat akibat dari ulah orang- orang yang tidak bertanggung jawab, tidak merawat lingkungan, membuang sampah ke sungai, membuang limbah pabrik ke sungai. Kita melihat dan merasakan sendiri bagaimana perubahan lingkungan telah terjadi dan berdampak langsung pada kehidupan manusia serta mahhluk hidup lain yang berdampingan dengan manusia. Dengan adanya lingkungan hidup yang tercemar lalu rusak, maka hal ini menjadi ketidakadilan bagi ekologi.
Bagaimana teologi Kristen memandang alam? Berdasarkan Kitab Kejadian 1 : 1-31 bahwa Allah telah menciptakan alam semesta beserta segala isinya. Semuanya adalah baik dan indah tanpa bercacat. Sempurna. Alam semesta beserta segala isinya adalah milik Tuhan (Mazmur 24:1). Namun banyak manusia yang telah melupakan makna bahwa Tuhan adalah pencipta bumi dan kita sebagai manusia diciptakan untuk menjaga bumi ini. Sehingga manusia lebih bersikap sebagai penguasa bumi dan melakukan segala sesuatu di bumi dengan sesuka hati untuk keuntungan diri sendiri dan kelompok, tanpa memikirkan kelestarian, kebersihan, dan kesehatan lingkungan.
Penyuluh Agama mendapat tambahan empat tugas dan peran, yakni penurunan stunting, pengentasan kemiskinan, pemberdayaan ekonomi, dan pelestarian lingkungan. Pemeliharaan lingkungan hidup bertujuan untuk menjaga keseimbangan ekosistem yang ada. Kesadaran dalam pemeliharaan lingkungan hidup dalam ekoteologi ialah penatalayanan terhadap ciptaan. Penatalayanan tersebut dilandasi dengan mandat budaya yang telah Tuhan berikan berdasarkan Kitab Kejadian 1 : 25-28 .
Secara khusus dalam Hari Lahir IPARI yang ke-1 ini, kesadaran akan pentingnya memelihara dan menjaga lingkungan hidup menjadi salah satu solusi mengurangi krisis lingkungan hidup yang sedang terjadi. Tanpa adanya kesadaran untuk memelihara lingkungan hidup, maka kerusakan lingkungan hidup akan terus bertambah. Pentingnya peran Penyuluh Agama dalam hal ini, pemeliharaan lingkungan hidup dapat diwujudkan dengan tindakan praktis dan sangat sederhana seperti: melakukan penanaman sejuta pohon secara serentak di seluruh Indonesia.
Pohon adalah paru-paru dunia. Perawatan tanaman, membuang sampah pada tempat yang telah disediakan, menghemat pemakaian listrik dan air, mengurangi penggunaan produk plastik dan pembakaran sampah plastik. Menjaga lingkungan sekitar agar tetap berada dalam kondisi baik dengan melestarikan lingkungan.
Alam menyediakan hampir semua kebutuhan dasar keperluan manusia, tumbuhan, hewan, dan organisme lainnya untuk tumbuh, mempertahankan hidupnya dan berkembang biak. Kesadaran atas nilai-nilai dasar ini akan membuat kita lebih menghargai dan menghormati alam, serta Tuhan sebagai penciptanya. Setelah itu, kita juga bisa ikut berpartisipasi dalam gerakan yang mendukung keramahan lingkungan seperti mengurangi penggunaan plastik, menghemat listrik, dan memberikan kritik membangun kepada pihak yang merusak alam. Hal ini berarti kita harus mencukupkan diri dalam menggunakan berbagai sumber daya yang disediakan alam. Kita harus bisa menahan diri, lebih peduli dan peka terhadap kondisi keseimbangan alam dan setiap komponen yang membentuknya.
Kelestarian alam harus dijaga. Manusia dalam menjalani hidup sangat bergantung pada keadaan alam. Jika alam sekitar baik, manusia akan nyaman dalam menjalani hidup, sedangkan jika rusak akan merasa terancam. Alam semesta juga telah memenuhi segala kebutuhan hidup manusia. Semua yang dibutuhkan manusia, bahkan juga makhluk-makhluk Tuhan lainnya, telah tersedia di alam ini. Dengan demikian, menjaga kelestarian alam memang sangat penting. Sesungguhnya, Tuhan telah menciptakan alam semesta beserta isinya dengan teramat sangat indah. Itu merupakan anugerah yang amat besar, yang terlebih dahulu disediakan sebelum menciptakan manusia. Supaya ketika manusia hadir, keindahan itu sudah bisa dinikmati secara langsung. Sejak semula, Tuhan pun sudah menyatakan bahwa apa yang Dia ciptakan adalah baik. Tanaman, pohon-pohon berbuah, tunas-tunas muda, itu diciptakan dengan baik.
Menjaga kelestarian lingkungan, mengambil bagian dalam gerakan-gerakan penghijauan, dan tidak ikut-ikutan mencemarkan lingkungan dengan perilaku-perilaku kita yang buruk. untuk dikelola, dijaga, dilestarikan, dan dikembangkan. Jika kita mau melakukannya, di sanalah Allah akan bersukacita melihat seluruh ciptaan-Nya di muka bumi ini dapat saling bekerja sama dalam menghormati hasil karya-Nya yang agung. Kecintaan kita kepada Tuhan harus tercermin dalam pemenuhan peran yang Dia berikan kepada umat manusia. Allah menunjuk kita untuk menyandang gambar-Nya ( Kej. 1:27 ) dan mempercayakan dunia ini ke dalam pemeliharaan kita ( Kej. 2:15 ). Jadi merawat ciptaan Tuhan adalah salah satu hal paling mendasar yang harus kita lakukan.
Kitab Suci dengan jelas mengatakan bahwa ciptaan adalah milik Allah: “Bumi adalah milik Tuhan dan segala isinya, dunia dan semua yang diam di dalamnya” ( Mzm. 24:1 ). “Karena setiap binatang liar di hutan adalah milikku, dan ternak di ribuan bukit. Aku kenal segala burung di udara, dan segala yang bergerak di padang adalah milikku” ( Mzm. 50:10-11 ). Kepedulian terhadap bumi berarti kepedulian terhadap sesama manusia. Alam merupakan inisiatif Tuhan untuk mewujudkan diri-Nya di bumi demi kerinduan dan kasih sayang-Nya pada umat manusia. Mazmur 104 yang menggambarkan ketakjuban pemazmur yang telah menyaksikan bagaimana Tuhan yang tidak hanya mencipta, tapi juga menumbuh-kembangkan dan terus memelihara ciptaan-Nya. Ayat 13, 16, 18, dan 17 misalnya, menggambarkan pohon-pohon diberi makan oleh Tuhan. Kejadian 2:15, kembali Allah memerintahkan agar manusia mengusahakan dan memelihara “taman” yang Allah percayakan. Ekoteologi malah mendorong manusia, secara khusus kekristenan untuk memanfaatkan alam ciptaan. Namun pemanfaatan sumber daya alam tersebut tentunya didasari dengan sikap takut akan Tuhan dan ramah lingkungan. Pemanfaatan sumber daya alam tentunya bertujuan untuk memuliakan Allah dan bukan untuk memperkaya diri.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa sebagai Pencipta, Allah sesuai rencana-Nya yang agung telah menciptakan segala sesuatu sesuai dengan maksud dan fungsinya masing-masing dalam hubungan harmonis yang terintegrasi dan saling memengaruhi antara yang satu dengan yang lainnya. Jadi, sikap eksploitatif terhadap alam merupakan bentuk penodaan dan perusakan terhadap karya Allah yang agung itu. Menghargai lingkungan alam dan segala jenis makhluk hidup lainnya yang berdampingan dengan manusia agar selalu terjaga keseimbangannya.