Oleh : Fitriana Pusporini, S.Sy
Keberagaman agama di Indonesia, sangat berpotensi menjadi sumber terjadinya perpecahan dan konflik di masyarakat. Namun, dari dulu kita diajarkan untuk saling menghargai dan menghormati perbedaan yang ada. Indonesia memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika, yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Oleh karena itu, kita selalu diingatkan untuk saling menghargai, menghormati dan menghayati perbedaan suku bangsa, agama, ras dan golongan.
Di Indonesia terdapat enam jenis agama besar yang diakui, yaitu: Islam, Kristen Protestan, Hindu, Buddha, Khatolik, dan Kong Hu Cu. Islam memiliki jumlah pemeluk paling banyak. Dengan begitu, Islam memiliki posisi strategis untuk menentukan wajah keberagaman bangsa dengan memberikan keamanan dan kenyamanan bagi umat agama lain.
Ini contohnya. Menjelang Natal dan Tahun Baru, Bupati Purbalingga dan segenap Forkompimda mengunjungi 19 Gereja di wilayahnya, dalam rangka safari perayaan Natal 2023 dan tahun Baru 2024. Safari Natal 2023 yang diselenggarakan pada Jumat, 22 Desember 2023 ini adalah dalam rangka silaturahmi juga bentuk perhatian pemerintah kepada umat Kristiani di Purbalingga dan sebagai wujud kebersamaan antar umat beragama.
Allah Swt. berfirman:
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.” (Al-Ḥujurāt [49]:13)
Apa makna dari ayat ini? Menurut Nurcholis Madjid, ajaran Islam sangat objektif dalam hal kemanusiaan. Secara objektif, umat Islamlah yang paling terlatih untuk melihat ukuran martabat kemanusiaan tidak ditentukan oleh kenisbatan, seperti tempat dan waktu kita dilahirkan, warna kulit kita, bahasa kita dan sebagainya. Sebaliknya, sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu adalah orang yang paling bertakwa. Takwa bisa dimaknai achievement orientation atau orientasi prestasi, bukan orientasi prestise. Kemuliaan manusia tergantung pada amal, perbuatannya, achievementnya, atau prestasinya.
Perbedaan antara satu dengan yang lain adalah anugerah Allah. Perbedaan adalah sebuah keniscayaan dan bisa menghasilkan sebuah keindahan dan harmoni. Perbedaan dalam keagamaan tidak menutup persaudaraan. Diskusi dan dialog antarumat beragama penting dilakukan agar bisa saling belajar dan memahami satu sama lain. Salah satu forum yang bisa melakukan dialog antarumat beragama adalah Forum Kerukunan Umat Beragama yang selanjutnya disingkat FKUB.
Forum Kerukunan Umat Beragama memiliki tugas dan fungsi, sebagai berikut,:
- Melakukan Dialog dengan Pemuka Agama dan Tokoh Masyarakat;
- Menampung aspirasi Ormas Keagamaan dan Aspirasi Masyarakat;
- Menyalurkan Aspirasi Ormas Keagamaan dan masyarakat dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan Gubernur; dan
- Melakukan sosialisasi Peraturan Perundang-undangan dan kebijakan di bidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan Masyarakat.
Dengan adanya Forum Kerukunan Umat Beragama bisa meminimalisir terjadinya konflik di Tengah Masyarakat. Ditambah dengan adanya Program Moderasi Beragama yang dicanangkan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia.
Kenapa Kementerian Agama Republik Indonesia memandang perlu adanya program moderasi beragama? Sebab Kementerian Agama bukan hanya milik umat Islam. Kementerian Agama adalah milik semua agama yang ada di Indonesia. Moderasi beragama telah ditetapkan sebagai faktor penunjang pembangunan nasional yang termaktub dalam Perpres Nomor 18 tahun 2020 tentang Rencana Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024.
Moderasi beragama merupakan pilihan yang tepat dan selaras dengan jiwa Pancasila ditengah adanya gelombang ekstremisme di berbagai belahan dunia. Seseorang dikatakan moderat jika menjalankan empat indikator Moderasi Beragama, yaitu:
- Komitmen Kebangsaan
- Anti Kekerasan
- Toleransi
- Menghargai Kearifan Lokal
Keterangan di atas cukup kiranya menjadi landasan atau pedoman bagi kita untuk dapat menampilkan wajah agama yang inklusif, toleran dan terbuka. Terlebih di era digital saat ini, toleransi beragama perlu digaungkan. Membangun Toleransi di antara sesama akan berdampak sangat signifikan bagi keberlangsungan kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Apalagi bila dipraktikan semua umat beragama, maka yang muncul adalah agama yang ramah bukan yang marah-marah, agama yang menenangkan bukan yang menegangkan. Semua akan merasakan kedamaian dan ketenteraman hidup di bumi Indonesia. (ed.hsk)